|
Post by agra prana on Feb 24, 2011 23:35:25 GMT -5
TEMPO Interaktif, New York - Harga minyak merosot setelah sempat berada dalam harga tertinggi dalam 2,5 tahun. Rumor tewasnya pemimpin Libya, Muammar Qadhafi dan jaminan Arab Saudi untuk mengamankan pasokan, memberi optimisme pasar. Sebelumnya, harga minyak mentah sempat diperdagangkan mencapai US$ 120 per barel.
Seorang pejabat senior di Amerika Serikat menyatakan Washington tidak mempunyai alasan untuk mempercayai begitu saja rumor kematian pemimpin Libya tersebut. Karena alasan tersebut, harga minyak mentah jatuh hingga US$ 2 per barel menjadi US$ 118 per barel.
Harga minyak mentah melonjak saat awal terjadinya konflik Libya. Pasar khawatir ketegangan akan mengganggu pasokan minyak dari negara pengekspor minyak OPEC, dan berpotensi menghambat tiga perempat dari total pasokan negara OPEC.
Sebelumnya pasar sempat tenang karena kabar eksportir minyak utama OPEC, Arab Saudi, telah berbicara kepada perusahaan pengolah minyak Eropa, yang akan mengisi kekurangan stok minyak yang hilang.
Minyak mentah jenis Brent Laut Utara sempat menembus US$ 119,79 per barel, tertinggi sejak Agustus 2008. Dalam perdagangan terbaru, harga jatuh menjadi US$ 110,51 per barel. Hal ini menandakan rentang perdagangan yang besar sejak September 2008.
Adapun minyak mentah di Amerika Serikat turun US$ 82 sen mejadi US$ 97,28 per barel, setelah sempat menyentuh US$ 103,41, harga yang tertinggi sejak September 2008.
Badan Energi Internasional (IEA) memprihatinkan kenaikan harga minyak yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. IEA telah memanggil OPEC untuk menambah kapasitas produksi agar menutup defisit suplai Libya.
IEA memperkirakan dari 750 ribu barel pasokan per hari, 500 ribu barel terhenti karena berasal dari Libya. Perusahaan minyak asal Itallia, ENI, sekaligus operator asing terbesar di Libya, memperkirakan, dari 1,6 juta barel per hari produksi, 1,2 juta barel per hari tertunda produksinya karena ENI telah mengevakuasi pekerja.
|
|
|
Post by agra prana on Feb 24, 2011 23:47:32 GMT -5
Saiful Arab Gaddafi, anak bungsu Muammar Gaddafi diktator Libya yang diperintahkan ayahnya untuk menumpas para demonstran di kawasan timur Libya membangkang perintah ayahnya dan bergabung dengan rakyat.
Menurut situs televisi Alalam mengutip sumber-sumber pemberitaan hari Kamis (24/2) melaporkan, Saiful Arab Gaddafi anak terkecil Muammar Gaddafi, diktator Libya yang dikirim ke wilayah timur Libya untuk menumpas para demonstran yang menuntut lengsernya Muammar Gaddafi akhirnya memilih bergabung dengan rakyat.
Saiful Arab Gaddafi yang diperintahkan ayahnya bersama pasukan militer lengkap ke kota Benghazi dengan tujuan menumpas para demonstran beberapa jam lalu akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan barisan revolusioner rakyat Libya dan menyatakan berlepas tangan dari ayahnya.
Sekaitan dengan nasib ayahnya Saiful Arab Gaddafi mengatakan, "Nasib ayahku kalau tidak bunuh diri, ia bakal lari ke Amerika Latin."
Kebangkitan rakyat muslim Libya menentang Muammar Gaddafi, diktator Libya sekalipun ditumpas secara keji oleh kaki tangan diktator Libya masih terus berlangsung. Para pengunjuk rasa bahkan telah membersihkan kota-kota di timur Libya dari anasir Gaddafi. Namun dikarenakan sensor ketat yang diberlakukan pemerintah Libya, informasi menjadi sulit untuk didapat.
Muammar Gaddafi memiliki tujuh orang anak; enam putra dan satu putri. Setiap satu dari anaknya memegang posisi strategis di negara ini
|
|
|
Post by agra prana on Feb 24, 2011 23:47:59 GMT -5
Sumber-sumber terpercaya Palestina melaporkan bahwa Muammar Gaddafi, diktator Libya mengancam akan membantai habis para pengungsi Palestina yang berada di negara ini bila bergabung dengan rakyat Libya melakukan demonstrasi menentangnya.
Menurut laporan Farsnews mengutip Kantor Berita Palestina Sama, sumber-sumber terpercaya Palestina mengatakan, Gaddafi mengancam akan membantai puluhan ribu Palestina yang tinggal di Libya dan mengklaim bahwa mereka telah mengkhianatinya karena ikut dalam aksi unjuk rasa rakyat Libya dalam menentangnya.
Menurut sumber-sumber ini, Otorita Ramallah pimpinan Mahmoud Abbas begitu mencemaskan ancaman ini. Karena Otorita Ramallah tahu betul bahwa bila kondisi kembali seperti semula di Tripoli, Gaddafi pasti melakukan ancamannya. Oleh karenanya, Otorita Ramallah dengan mengeluarkan pernyataan meminta warga Palestina di Libya untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara ini.
Berdasarkan laporan ini, Otorita Ramallah saat ini serius ingin mengeluarkan warga Palestina dari Libya hingga kondisi kembali aman di negara ini. Untuk itu Otorita Ramallah gencar menghubungi Mesir dan Tunisia agar mau menerima puluhan ribu Palestina di negara mereka untuk sementara waktu.
Sumber-sumber ini menyebutkan Muammar Gaddafi begitu marah terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan Jihad Islam karena mendukung revolusi rakyat Libya, sekaligus mengancam akan menghentikan proyek-proyek Libya di Jalur Gaza.
Sementara Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel hanya menyepakati kembalinya 300 pengungsi Palestina yang tinggal di Libya ke Tepi Barat Sungai Jordan dan itu pun hanya untuk sementara waktu. (IRIB/SL)
|
|
|
Post by agra prana on Feb 26, 2011 0:44:45 GMT -5
EW YORK, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan utusan Libya untuk PBB yang sebelumnya mengecam Pemimpin Libya Moammar Khadafy, mendesak Dewan Keamanan bertindak cepat untuk membantu menghentikan pertumpahan darah di negara Afrika Utara itu.
"Sudah saatnya Dewan Keamanan mempertimbangkan untuk bertindak," kata Ban di depan 15 anggota yang berkumpul untuk menerima rancangan resolusi sanksi terhadap para pemimpin Libya, sebagaimana diberitakan Reuters, Sabtu (26/2/2011) waktu setampat. Ban menambahkan, "Jam-jam dan hari-hari depan akan sangat menentukan nasib Libya."
Para diplomat mengatakan, pemungutan suara untuk menetapkan sanksi dilakukan secepatnya. Sebelumnya, Duta Besar Libya untuk PBB Ibrahim Dabbashi menjelaskan, situasi di Libya sudah sangat memburuk. Ia menggambarkan mayat akan semakin menumpuk di Libya jika tidak segera diambil tindakan.
"Kami kira ribuan lagi rakyat akan terbunuh hari ini di Tripoli, jadi saya mengimbau masyarakat internasional segera mengintervensi Libya untuk mengirim pesan yang jelas kepada Kolonel Khadafy bahwa ia harus menghentikan pembunuhan sekarang, "kata Dabbashi.
Diperkirakan, ribuan rakyat Libya tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan yang setia kepada Khadafy.
|
|
|
Post by agra prana on Feb 26, 2011 2:11:14 GMT -5
NEW YORK, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan utusan Libya untuk PBB yang sebelumnya mengecam Pemimpin Libya Moammar Khadafy, mendesak Dewan Keamanan bertindak cepat untuk membantu menghentikan pertumpahan darah di negara Afrika Utara itu.
"Sudah saatnya Dewan Keamanan mempertimbangkan untuk bertindak," kata Ban di depan 15 anggota yang berkumpul untuk menerima rancangan resolusi sanksi terhadap para pemimpin Libya, sebagaimana diberitakan Reuters, Sabtu (26/2/2011) waktu setampat. Ban menambahkan, "Jam-jam dan hari-hari depan akan sangat menentukan nasib Libya."
Para diplomat mengatakan, pemungutan suara untuk menetapkan sanksi dilakukan secepatnya. Sebelumnya, Duta Besar Libya untuk PBB Ibrahim Dabbashi menjelaskan, situasi di Libya sudah sangat memburuk. Ia menggambarkan mayat akan semakin menumpuk di Libya jika tidak segera diambil tindakan.
"Kami kira ribuan lagi rakyat akan terbunuh hari ini di Tripoli, jadi saya mengimbau masyarakat internasional segera mengintervensi Libya untuk mengirim pesan yang jelas kepada Kolonel Khadafy bahwa ia harus menghentikan pembunuhan sekarang, "kata Dabbashi.
Diperkirakan, ribuan rakyat Libya tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan yang setia kepada Khadafy.
|
|
|
Post by agra prana on Feb 26, 2011 6:53:41 GMT -5
NEW YORK, KOMPAS.com — Anggota Dewan Keamanan PBB sedang memikirkan cara untuk menghukum pemimpin Libya, Moammar Khadafy, serta keluarga dan para pengikutnya. Sebelumnya, Duta Besar Libya untuk PBB Mohamed Shalgham memohon kepada DK PBB agar segera membantu untuk menghentikan serangan brutal mematikan yang dilancarkan teman dekatnya, Khadafy, terhadap para demonstran antipemerintah.
"Saya berharap dalam hitungan jam, bukan lagi hari, mereka dapat melakukan sesuatu yang nyata, efektif untuk menghentikan apa yang mereka, Khadafy dan anak-anaknya, lakukan di sana terhadap bangsa kami," kata Shalgham setelah berpidato di depan anggota DK PBB, Jumat.
Di bawah tekanan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk mengambil tindakan nyata dalam melindungi warga sipil, DK PBB sepakat untuk bertemu lagi hari Sabtu waktu setempat. Sejumlah langkah yang dipertimbangkan adalah embargo senjata untuk pemerintah dan larangan perjalanan dan pembekuan aset Khadafy, kerabat, dan anggota kunci pemerintahannya.
Draf resolusi sanksi-sanksi yang telah diedarkan Perancis, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat telah memasukkan tindak kekerasan di Libya untuk dibawa ke Pengadilan Kejahatan Internasional sehingga kemudian dapat diselidiki kemungkinan terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan.
Ban Ki-moon mengatakan, sejumlah perkiraan menunjukkan, sudah lebih dari 1.000 orang tewas dalam waktu kurang dari dua minggu sejak aksi protes pecah di negara Afrika Utara itu. Selain itu, banyak orang tidak bisa meninggalkan rumah mereka karena takut akan ditembak. "Dalam situasi seperti ini, hilangnya waktu berarti hilangnya nyawa," kata Ban.
Para anggota DK PBB tampaknya tersentuh oleh pidato Shalgham yang pada hari Selasa masih memuji Khadafy sebagai "teman saya" dan menolak untuk bergabung dengan para diplomat Libya di misi PBB yang telah menuntut Khadafy untuk mundur.
"Mereka hanya meminta kebebasan mereka. Mereka meminta hak mereka," kata Shalgham kepada DK. "Mereka tidak melempar sebuah batu pun, tetapi mereka dibunuh. Saya sudah bilang kepada saudara saya, Khadafy, tinggalkan rakyat Libya."
|
|
|
Post by agra prana on Feb 26, 2011 6:55:28 GMT -5
Tripoli (ANTARA News) - Pemimpin Libya Muammar Gaddafi hari Kamis meminta penduduk merampas senjata pemrotes yang menguasai sejumlah daerah di negara itu.
"Konstitusi sangat jelas: ambil senjata dari mereka," kata Gaddafi, yang berbicara melaluii telefon kepada televisi Libya, demikian Reuters melaporkan.
"Saya hanya mempunyai kewenangan moral," kata Gaddafi, yang seperti biasanya berusaha tampil sebagai seorang pemimpin revolusi rakyat, bukan sebagai seorang kepala negara eksekutif.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan, Kamis, pemerintah Libya menganggap wartawan asing yang memasuki negara itu tanpa izin sebagai "kaki-tangan Al-Qaeda", demikian AFP melaporkan.
"Dalam pertemuan dengan pejabat-pejabat tinggi pemerintah Libya, diplomat AS diberi tahu bahwa beberapa personel CNN, BBC Arabic dan Al-Arabiya akan diizinkan memasuki negara itu untuk meliput situasi saat ini," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
"Para pejabat senior ini juga mengatakan, sejumlah wartawan memasuki negara itu secara ilegal dan pemerintah Libya kini menganggap wartawan-wartawan ini sebagai kaki-tangan Al-Qaeda," katanya.
Pernyataan kementerian AS itu menambahkan, pemerintah Libya tidak bertanggung jawab atas keselamatan wartawan-wartawan itu -- yang berisiko "segera ditangkap" -- dan mendesak mereka bergabung dengan tim yang diizinkan.
Sejumlah wartawan asing memasuki Libya dari Mesir sejak pasukan yang setia pada Gaddafi meninggalkan sebagian besar daerah timur negara itu dan penentang pemerintahnya menguasai kota-kota di timur.
Gaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa.
Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.
Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu.
Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara Perdana Menteri Ahmed Shafiq.
Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari.
Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi.
Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka. (M014/K004)
|
|
|
Post by agra prana on Feb 26, 2011 21:36:53 GMT -5
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar sidang khusus di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat, Sabtu (26/2/2011), untuk membahas sanksi terhadap Libya. Sementara malam sebelumnya, Presiden AS Barack Obama resmi mengeluarkan perintah untuk membekukan seluruh aset Moammar Khadafy dan empat anaknya di AS.
Tiga anggota tetap DK PBB, yakni AS, Perancis, dan Inggris, ditambah Jerman telah membuat draf resolusi yang diajukan pada sidang hari Sabtu untuk mendapat persetujuan semua anggota DK PBB. Rancangan resolusi tersebut menyatakan, serangan terhadap warga sipil di Libya bisa terus bertambah untuk dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Draf resolusi tersebut juga menyerukan embargo senjata dan larangan perjalanan ke Libya, serta pembekuan aset milik Khadafy dan orang-orang terdekatnya. Ada juga usulan untuk menetapkan wilayah udara di atas Libya sebagai zona larangan terbang, guna mencegah penggunaan pesawat tempur militer Libya untuk menyerang para demonstran.
Jumat malam, Presiden Obama menggunakan kekuasaan eksekutifnya untuk memerintahkan pembekuan seluruh aset milik Khadafy dan empat anaknya. Khadafy memiliki empat anak, yakni Seif al-Islam, Khamis, Muatassim, dan Aisha, yang semuanya menyimpan kekayaan dalam jumlah besar di AS.
”Dengan standar apa pun, pemerintahan Moammar Khadafy telah melanggar kepatutan umum dan norma-norma internasional, serta harus bertanggung jawab,” kata Obama dalam pernyataan resminya.
Sanksi tersebut dijatuhkan untuk melindungi aset rakyat Libya dari penjarahan oleh rezim yang berkuasa saat ini. Meski demikian, sanksi itu diduga juga bertujuan mendorong orang-orang yang masih loyal kepada Khadafy agar segera membelot.
”Memang sulit, tetapi tujuan (sanksi itu) adalah mendorong para pendukung Khadafy yang masih tersisa untuk berhenti (mendukung Khadafy),” ungkap Robert Malley, pengamat dari International Crisis Group kepada The New York Times.
Langkah AS itu diambil setelah seluruh warga AS di Libya, termasuk para diplomat, berhasil dievakuasi dan Kedutaan Besar AS di Tripoli untuk sementara ditutup.
Langkah pembekuan aset-aset Khadafy sebelumnya juga sudah dilakukan oleh Swiss. Sementara Presiden Perancis Nicolas Sarkozy sudah terang-terangan mendesak Khadafy mundur.
PBB didesak
Demonstrasi menuntut pengunduran diri Khadafy, yang telah memerintah Libya 41 tahun lebih, telah memasuki hari ke-13 sejak dimulai di kota Benghazi, 15 Februari. Khadafy belum menunjukkan tanda menyerah.
Dalam pidato di Lapangan Hijau, Tripoli, Jumat, Khadafy menyerukan kepada para pendukungnya untuk melawan para pemberontak, dan bahkan mengatakan akan mempersenjatai rakyat sipil yang masih setia kepada dia guna menumpas pemberontakan.
Korban jiwa terus bertambah setelah tentara bayaran dan pasukan pemerintah yang masih loyal kepada Khadafy terus menembak.
Jumat malam dalam sidang DK PBB yang dihadiri 15 anggotanya, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, jumlah korban tewas telah melampaui 1.000 jiwa. Ia juga mengaku mendapat informasi bahwa tentara pendukung Khadafy memaksa masuk ke rumah-rumah sakit untuk membunuh para demonstran yang terluka. Tentara yang menolak perintah menembak warga sipil juga dibunuh oleh rekan-rekannya sendiri.
”Warga tidak berani keluar rumah karena takut ditembak pasukan pemerintah atau milisi. Inilah saatnya bagi Dewan Keamanan untuk mempertimbangkan langkah konkret. Dalam situasi seperti ini, semakin banyak waktu yang terbuang (untuk bertindak) berarti makin banyak pula korban jiwa yang jatuh,” kata Ban Ki-moon.
Duta Besar Libya untuk PBB yang telah membelot dari pemerintahan Khadafy, Abdurrahman Shalgham, juga berpidato di hadapan DK PBB, meminta agar lembaga tersebut segera menyelamatkan Libya. Dalam pidato yang emosional, Shalgham membandingkan kekejaman Khadafy terhadap para demonstran ini dengan kekejaman para tiran, seperti Adolf Hitler dari Nazi Jerman, Joseph Stalin dari Uni Soviet, dan Pol Pot dari rezim Khmer Merah di Kamboja.
”Tolong, PBB, selamatkan Libya. Hentikan semua pertumpahan darah dan pembunuhan orang-orang yang tak bersalah. Kami menginginkan resolusi yang berani, cepat, dan menentukan dari Anda semua,” ungkap Shalgham, yang didampingi Deputi Duta Besar Libya Ibrahim Dabbashi, yang terlihat bercucuran air mata.
Tripoli mencekam
Suasana di Tripoli pun makin mencekam. Warga bersiap mengantisipasi pertempuran berdarah besar-besaran setelah Khadafy mengatakan akan membuka gudang-gudang amunisi tentara untuk mempersenjatai warga sipil pendukungnya.
Saksi mata mengatakan, dua dari tiga hotel berbintang lima di Tripoli sudah tutup. Sementara Hotel Corinthia, yang masih buka, sudah memulai proses evakuasi. Bank-bank masih tutup dan nilai tukar mata uang dinar Libya di pasar gelap terus merosot terhadap dollar AS dan euro.
Warga juga melaporkan, setelah pidato Shalgham di depan DK PBB, jaringan listrik di Tripoli langsung padam. ”Kami sangat ketakutan. Kami pikir itu tanda-tanda mereka (para pendukung Khadafy) bersiap menyerang. Kami mengambil apa saja yang bisa digunakan sebagai senjata dan berjaga-jaga di dekat pintu, kalau-kalau ada yang mendobrak masuk,” tutur seorang warga kepada kantor berita Agence France Presse (AFP).
Posisi Khadafy dinilai sudah makin terjepit setelah hampir seluruh kota di Libya timur jatuh ke tangan para pendukung revolusi. Di Benghazi, seorang juru bicara gerakan revolusi mengatakan, mereka sedang bersiap membentuk pemerintahan peralihan untuk mengambil alih kekuasaan nasional.
”Kami semua masih menunggu Tripoli mengakhiri kekuasaan Khadafy dan anaknya, dan setelah itu kami berencana menyusun pemerintahan transisi,” kata juru bicara bernama Abdelhafiz Ghoqa, Sabtu.
Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dalam pertemuan politik di Roma, Italia, Sabtu, mengatakan, Khadafy saat ini sudah tak lagi memegang kendali di negaranya. Italia adalah sekutu utama Libya di Eropa.
Seorang reporter AFP melaporkan, lima perwira militer Libya berpangkat kolonel Sabtu siang mendatangi gedung pengadilan yang dijadikan markas gerakan revolusi di Benghazi untuk membelot.
Warga asing pun terus mengalir keluar dari Libya. Inggris, Jerman, Yunani, dan Turki mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengevakuasi warga mereka. (
|
|
|
Post by agra prana on Feb 27, 2011 0:12:30 GMT -5
Bekas Menteri Kehakiman Libya, Mustafa Abdel Jalil, Sabtu (26/2/2011) malam, memproklamasikan terbentuknya pemerintahan baru yang akan menyiapkan pemilihan umum selama tiga bulan.
"Pemerintahan nasional kami memiliki tokoh-tokoh militer dan sipil. Pemerintah itu akan memimpin selama tidak lebih dari tiga bulan, dan kemudian akan ada pemilihan yang adil dan rakyat akan memilih pemimpin mereka," kata Mustafa Abdel Jalil kepada televisi Al Jazeera dalam wawancara langsung dari Al-Baida di timur Benghazi.
Benghazi terletak 1.000 Km di timur ibukota Tripoli, dan menjadi basis pemberontakan anti-pemerintah serta memicu banyak kota di Libya timur melepaskan diri dari rezim Muamar Gaddafi.
Abdel Hafiz Ghoga, juru bicara penyelenggara di Benghazi, mengumumkan pembentukan dewan kota di sana, yang dapat mengirim wakil ke kota-kota lain untuk berkoordinasi dengan organisasi yang sama.
Ia menyatakan setiap koordinator dewan pada akhirnya akan menjadi anggota pemerintah sementara. Belum ada hirarki pusat di bagian-bagian timur Libya yang telah membebaskan dirinya
|
|